Sang Pendiri Purwakarta yang Nyaris Terlupakan

Oleh: Aa Komara

Bertempat di Masjid Agung At-Thohiriyah yang merupakan Masjid Tertua dan Bersejarah di Bogor, Haul Kanjeng Dalem Sholawat yang ke 151 tahun berlangsung sukses dan penuh khidmat dengan dihadiri oleh berbagai jema’ah dari beberapa kota di Jawa Barat, DKI Jakarta, Provinsi Banten, dan berbagai kota di Nusantara.

Masjid Agung At-Thohiriyah didirikan oleh Raden Muhammad Thohir, Pendiri Bogor, yang bernasab ke Prabu Siliwangi, beliau suami dari Ratu Syarifah yang bernasab ke Raja Banten, yaitu Sultan Maulana Hasanudin, putra dari Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo yang bernasab ke Baginda Nabi Muhammad S.A.W.

Kemudian Masjid Agung At-Thohiriyah dilanjutkan pengelolaannya oleh putra beliau, yang bernama Raden Wiranata yang berjuluk Dalem Sepuh, Bupati Bogor.

Selanjutnya masjid ini banyak mengalami penataan saat dikelola oleh cucu Raden Muhammad Thohir, yaitu Raden Muhammad Sirodz / Raden Adipati Aria Suriawinata yang berjuluk Dalem Sholawat, Bupati Bogor yang sebelumnya menjabat Bupati Karawang di mana beliau mendirikan dan memberi nama Purwakarta ( 20 Juli 1831 ) sebagai pusat pemerintahan Kabupaten setelah beribukota di Wanayasa.

Keterkaitan sejarah ini yang menjadi dasar kehadiran delegasi Purwakarta pada haul tersebut.

Dalam sambutan Bupati Purwakarta, yang diwakilkan dan dibacakan oleh Staf Ahli Bupati Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Dani Abdurahman, S.H., M.H. menyampaikan keberadaan 2 Tokoh Sentral, Dalem Sholawat sebagai Bupati dan Syekh Baing Yusuf yang juga adalah saudara sepupu Dalem Sholawat, sebagai Ulama Besar, di mana keduanya saling melengkapi pada masa pendirian Purwakarta, sampai kapan pun tidak akan terlepas dari sejarah asal usul Purwakarta serta menyampaikan agar Hubungan kedua kota, Purwakarta dan Bogor yang terikat sejarah ini terus terbina dan semakin erat di masa depan.

Sementara Kyai Bahir Muhlis, Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama / PCNU Kab. Purwakarta, yang turut hadir dalam sambutannya menyampaikan bahwa sudah menjadi Kewajiban bagi para petinggi, stake holder, serta masyarakat Purwakarta untuk senantiasa menghormati dan seyogyanya menghadiri Haul Kanjeng Dalem Sholawat, karena ini merupakan Panggilan Sejarah, beliau juga menegaskan pentingnya kembali upaya upaya untuk menanamkan edukasi sejarah kepada generasi masa kini, salah satunya dengan kembali melaksanakan kegiatan rutin tahunan NAPAK TILAS dari Wanayasa ke Sindang Kasih ( Purwakarta ) yang melibatkan semua komponen masyarakat yang dahulu intensif dilaksanakan berpuluh puluh tahun.