Anne juga tampak naik pitam saat melihat kondisi tambang galian tanah merah yang dinilainya sudah sangat merusak lingkungan. “Ya Allah itu tingali mani kawas kitu, asa hayang cerik gogowakan ningalina ge. Kumaha lamun usum hujan, itu imah nu di luhur bisa-bisa kawaba longsor (ya Allah itu lihat sampai seperti itu, liat kondisi seperti ini jadi pengen nangis histeris,” ujar Anne menggunakan bahasa sunda, sambil menunjuk tebing yang cukup tinggi akibat tanah merahnya diambil.
Kemarahan Anne beralasan, karena saat melihat lokasi galian tanah merah telah menjadi tebing yang tinggi dan terjal. Terlebih lagi, diatas ada beberapa rumah warga yang berbatasan langsung dengan tebing yang dikeruk tanahnya oleh pengusaha galian.
“Semua alat berat yang ada disini juga keluarkan, tidak ada satupun ada alat berat di sini,” kata Anne, sambil menahan emosi.
Lokasi tambang galian tanah merah tersebut memang dekat dengan jalan tol, sehingga tanah yang diperlukan untuk pengurugan proyek di jalan tol lebih mudah dan lebih dekat. Dilokasi itu ada sekitar 8 mobil dump truk yang sedang terparkir bersiap di isi oleh tanah merah, sementara untuk alat berat berjumlah 11 unit. (Diskominfo/001)