“Pompa-pompa air itu akan kita serahkan kepada kelompok tani yang tersebar di seluruh Purwakarta. Kelompok tani yang akan menerima pompa-pompa air itu masih kita data. Kita ingin memastikan penyerahan semua pompa itu bisa tetap sasaran,” kata Midan.
*Optimalisasi Embung Dan Irigasi*
Selain menyiapkan pompa air, lanjut Midan, langkah lain yang dilakukan mengamankan masa tanam musim gadu dan musim kemarau adalah dengan membenahi semua infrastruktur sumber daya air untuk menyuplai ketersediaan air bagi sektor pertanian.
“Yang kita benahi meliputi infrastruktur sumber daya air seperti embung, waduk, kolam retensi dan penyimpanan air buatan lainnya,” kata Midan.
Khusus untuk infrastruktur embung, kabupaten penghasil manggis terbaik nasional itu memilki sebanyak 33 embung.
Embung-embung itu tersebar di 30 desa di sepuluh kecamatan meliputi Kecamatan Bojong, Darangdan, Wanayasa, Kiarapedes, Pondoksalam, Plered, Maniis, Pasawahan, Cibatu dan Kecamatan Campaka.
Infrastruktur pertanian lain yang akan dibenahi, lanjut Midan adalah saluran irigasi penyuplai air ke areal persawahan.
Kabupaten Purwakarta total memiliki 64 Daerah Irigasi (DI) yang terdiri dari saluran irigasi tersier yang panjangnya mencapai 91.675 meter dan saluran irigasi sekunder yang panjangnya mencapai 38.258 meter.
Dalam pola musim tanam padi di Indonesia dikenal tiga musim tanam sepanjang satu tahun, yakni musim tanam rendeng (utama), musim tanam gadu, dan musim tanam kemarau.
Musim tanam rendeng adalah musim tanam utama mulai November, Desember, Januari, Februari hingga Maret. Musim tanam rendeng biasanya berbarengan saat musim hujan mulai stabil sehingga suplai air pertanian tercukupi dengan baik.
Sedangkan musim tanam gadu adalah musim tanam yang hanya mengandalkan air hujan atau tadah hujan. Musim tanam gadu ini biasanya dimulai pada April sampai Juli.
Sementara musim tanam kemarau adalah masa penanaman padi saat musim kering di lahan yang memiliki irigasi baik. Ini terjadi pada Agustus, September, dan Oktober. (jainul abidin/hms)