“Dalam mimpi itu, saya melihat kapal-kapal nusantara yang demikian megah dan hebat. Mimpi itu terbawa terus dan mengusik saya untuk mencari informasi lebih banyak tentang kapal-kapal itu. Dari sana, memicu keinginan saya untuk mencoba membuatnya. Awalnya tidak mudah. Banyak gagalnya. Namun, saya tak mau menyerah. Saya terus belajar dan berlatih keras. hasilnya seperti sekarang ini,” ungkap Arifin mengisahkan awal mula perjalananya sebagai pengrajin kapal miniatur nusantara.
Proses panjang dan kerja keras memang tidak akan mengkhianati hasil. Kini karya Arifin sudah banyak dipesan berbagai kalangan. Untuk pasar Indonesia, pesanan datang dari sejumlah kota besar. “Pesanan terbesar masih dari kota-kota utama di Pulau Jawa. Pesanan juga datang dari daerah lain di luar Jawa, tapi belum sebanyak pesanan dari kota-kota di Jawa,” kata Arifin.
Nilai tambah dari karya Arifin adalah bahan bakunya yang berasal kayu jati, salah satu jenis kayu terbaik di dunia. Menariknya lagi, kayu jati yang digunakannya sebagian besar adalah kayu jati bekas dan bukan dari kayu jati hasil olahan dari perkebunan.
Kayu jati yang diolah Arifin berasal dari kayu jati bekas hasil bongkaran bangunan tua perumahan para tenaga ahli dan pekerja proyek pembangunan proyek raksasa Waduk Jatiluhur Purwakarta.
Perumahan para pekerja itu dibangun sejalan dimulainya pembangunan Waduk Jatilhur yang ditandai peletakan batu pertama oleh Presiden Sukarno, pada tahun 1957.
Bagi Arifin, kayu jati bekas bongkaran itu merupakan harta karun yang tak ternilai. Lewat tangan terampilnya, kayu jati bekas itu semakin bermakna setelah disulap menjadi miniatur kapal tradisional nusantara yang indah mempesona.
“Saya itu tinggal persis di desa dekat bibir Waduk Jatiluhur. Mengetahui banyak kayu jati bekas bongkaran yang terbuang percuma, saya seperti mendapatkan durian runtuh. Itu harta karun bagi saya, karena dari kayu jati itulah awal dari kerajinan kapal-kapal itu saya buat,” kata Arifin.
Kini, kapal miniatur yang dibuat Arifin juga dikembangkan modelnya. Tidak lagi sebatas kapal tradisional nusantara, namun membuat kapal model lain seperti model perahu armada Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok, ataupun model kapal galiung milik Sulaiman Al Qonuni Penguasa Kesultanan Turki Utsmaniyah ke-10, pada abad 16.
Menurut Arifin dalam waktu sebulan, bengkel miniatur kapal nusantara miliknya bisa menghasilkan 18-20 unit miniatur kapal pinisi ukuran kecil. Perahu ukuran kecil ini dengan panjang sekira 45 cm ini dijualnya seharga Rp 350 ribu.
“Saya juga menerima pesanan untuk miniatur kapal berukuran agak besar. Pernah juga saya menerima pesanan kapal miniatur sepanjang 2 meter, pengerjaaannya agak lama selama kurang lebih dua minggu. Kapal miniatur itu saya jual seharga Rp 15 juta per unitnya,” kata Arifin.
Perjalanan Arifin ternyata tidak selamanya mulus. Serangan pandemi Covid-19 sempat menghantam usaha kerajinannya. Uahanya surut dan terancam bangkrut. Namun, berkat bantuan dan perhatian dari Bupati Anne Ratna Mustika, usaha Arifn bisa bangkit kembali.
“Masa pandemi Covid-19 merupakan masa yang sangat berat bagi pelaku UMKM seperti saya. Saya hampir bangkrut. Kondisi benar-benar berat. Namun berkat bantuan dari Bupati Anne Ratna Mustika, saya bisa bangkit kembali. Terima kasih yang tak terhingga untuk Bupati Anne. Saya tidak tahu, bagaima cara membalas jasanya yang sangat besar,” tutur Arifin, sambil menerawang mengenang masa suram yang pernah dihadapinya.
Sementara itu, bagi Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika perjuangan dan semangat kreativitas yang tinggi dari sosok seperti Arifin sangatlah perlu diapresiasi.
Menurut Bupati Anne prestasi dari Arifin ini harus menjadi inspirasi bagi para pelaku UMKM khususnya yang ada di Purwakarta.
“Arifin adalah contoh yang luar biasa yang bisa menginspirasi siapa saja atau pelaku UMKM lainnya, UMKM ini harus terus berinovasi apapun produk yang dibuatnya. Jika tidak, maka kesuksesan akan sulit dicapai,” katanya.
Kelebihan dari Arifin ini pun salah satunya yaitu produk yang dihasilkan ini ramah lingkungan. Tanpa ada pohon yang ditebang, tanpa ada tanah yang dirusak dan tak ada ekosistem yang diganggu.
“Pelaku UMKM lainnya pun sebaiknya bisa seperti Pak Arifin ini. Percuma apabila usaha kita maju tetapi hasilnya merusak alam, maka nilai keberkahannya kurang sempurna. Tetapi Pak Arifin ini menjaga lingkungannya sehingga usahanya tetap ada hingga sekarang. Itu luar biasa dan sangat keren,” kata Bupati Anne Ratna Mustika. (jainul abidin/hms)