Bagaimana penentuan bakal calon Bupati di Purwakarta?
Tidak mungkin calon Bupati dapat mengikuti kontestasi PILKADA jika tak punya akses dan dana yang besar. Walau bagaimanapun untuk mengenalkan diri agar jadi populer perlu dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu, sebaiknya yang tidak punya dua hal tersebut jangan maju! Atau kalaupun maju mungkin ada tujuan lain?
Popularitas dapat dilakukan melalui serangan udara via media baik baligo, maupun medsos. Kemudian melalui pasukan darat yaitu para aktivis yang memiliki kedekatan dengan rakyat. Jalur atas, jalur tengah terisi kemudian jalur bawah. Semua memerlukan dana yang tidak sedikit. Mungkin untuk persiapan saja butuh dana milyaran rupiah?
Peran partai politik juga tidak hanya ditentukan oleh parpol daerah tapi memerlukan akses ke Provinsi bahkan ke pusat. Ini dilakukan tidak gratis perlu biaya kasak dan kusuk. Sekali lagi akses politik itu tidak murah. Akses politik di suatu daerah sesungguhnya sudah terpetakan. Sebagaimana yang saya jelaskan di atas. Semua lini baik Lembaga formal maupun non formal sudah dikondisikan sedemikian rupa.Untuk jalur tengah para kandidat harus melakukan ke beberapa tokoh masyarakat hingga setelah terbuka akses mereka melakukan sapari politik ke berbagai partai politik yang ada di daerah. Dalam bargaining biasanya ada syarat dan ketentuan. Setelah mereka dapat dukungan, baru ditentukan strategi dan anggaran. Siapa penanggungjawab biaya tersebut? Dan setelah jadi bagaimana menembalikan dana tersebut?
Mengutip pendapat dari pakar politik bahwa dalam politik lebih pada membangun perspektif dibanding fakta. Siapa yang dapat membangun persepsi masyarakat cukup massif, maka dia dapat popular dan favorit. Jika saja masa waktu pemilihan masih Panjang maka membangun popularitas bisa melalui jalur negative seperti yang dilakukan KDM ketika membandingkan suara seruling dengan al Qur’an. Kecaman datang dari berbagai penjuru bahkan dari luar Purwakarta. Setelah populer KDM membangun persepsi positif tentang dirinya jadi rakyat lebih mudah mengenalnya.
Salah satu indikator calon pemenang PILKADA selain akses adalah dana. Siapa yang memiliki dana yang cukup besar maka kandidat akan lebih eksis dan dapat dukungan dari berbagai pihak. Dana dapat melakukan penetrasi ke berbagai lini hingga akses terbuka lebar. Akses formal adalah partai politik sedangkan akses non formal adalah para aktivis, media, dan tokoh masyarakat. Demokrasi one man one vote tidak peduli dari mana datangnya suara, semua suara bernilai sama. Perspektif dapat dibangun dengan taburan dana yang melimpah, atau jika terpaksa dapat menyerang lawan dengan membuat narasi (persepsi) buruk, seperti bukan putra daerah, atau serangan pada pribadi seperti moralitas dan lain-sebagainya. Membangun dan menghancurkan persepsi positif adalah langkah lain dari politik kekuasaan.
- Penulis adalah Anggota FSAF pada kajian Pemikiran Pancasila dan Pengurus Himpunan Putra dan Putri Keluarga TNI AD (HIPAKAD) yang akrab di sapa Mang Asep Purwa.