Masih terkait dengan komitmen, Nina mencontohkan tentang pelaporan kasus yang hingga saat ini dinilai masih belum terlihat kompak. Seperti pelaporan kasus di Puskesmas-puskesmas yang sudah diangka 99% dan rumah sakit diangka 80%. Namun ketika melihat pelaporan dari rumah sakit swasta, klinik dan praktek dokter, itu masih di bawah angka 10%.
“Jadi angka temuan sangat jomplang, sehingga pada saat pertemuan kami dari Dinkes sempat mengusulkan untuk menyimpan operator yang bisa melaporkan dan mengimput data soal temuan kasus TB dari mereka,” kata Nina.
Bagi Nina, 2030 masih tersisa sekira 8 tahun. Dengan teori pentahelix, ia optimis, Jawa Barat bisa mengurangi angka kasus TBC. Asalkan semua pihak bisa berkontribusi penuh dan bergerak bersama dalam mewujudkan gerakan penanggulangan penyakit yang disebabkan bakteri tersebut.
“Kita sadar, jika dilakukan kesehatan saja, itu efeknya sedikit. jika semua unsur terlibat, maka efeknya akan lebih terasa,” pungkasnya.
Sementara pantauan heraldjabar, dalam pertemuan tersebut Dinkes Jabar mengundang seluruh OPD di tingkat provinsi di Jawa Barat. Dinkes juga melibatkan unsur forkopimda, seperti TNI, Polri, Kejaksaan Tinggi, Pengadilan Tinggi. Selain itu, turut hadir, perwakilan lembaga pendamping untuk penanggulangan TBC, tokoh masyarakat, media serta akademisi.
Di akhir pertemuan, peserta kemudian membubuhkan tanda tangan sebagai bagian dari komitmen dalam mewujudkan gerakan “Jabar Juara Eliminasi TBC 2030”. (Budi)