“Termuat dalam salah satu dari 7 poe atikan istimewa yakni Senin Ajeng Nusantara, Salasa Mapag Buana, Rebo Maneuh di Sunda, Kemis Nyanding Wawangi,” kata Purwanto.
Menurutnya, hari Kamis merupakan hari kepedulian sosial yang mana siswa membawa segenggam beras untuk dikumpulkan di sekolah. Kemudian dibagikan untuk siswa yang kurang mampu di sekolah tersebut dan warga sekitar.
Dalam hal ini, inovasi dilakukan Dinas Pendidikan Purwakarta. Siswa membawa beras ke sekolah tidak lagi memakai plastik. Kita ingin membuat sekolah yang ramah lingkungan tidak boleh lagi ada plastik di sekolah,” ujarnya.
Fungsi plastik diganti dengan Kanjut Kundang yang merupakan wadah dari kain. Kanjut Kundang ini dibuat oleh siswa sendiri dari kain bekas. Dinas Pendidikan juga mengarahkan agar Kanjut Kundang dibuat oleh siswa sendiri tidak boleh oleh orang lain.
“Harus dibikin oleh siswa sendiri sebagai pendidikan ketelatenan keuletan. Dijait manual (kecos) gitu ya. Membuat Kanjut Kundang ini juga sebagai prakarya keterampilan,” kata Purwanto.
Jadi siswa di Purwakarta setiap hari Kamis membawa segenggam beras dengan wadah Kanjut Kundang. “Beras yang terkumpul nanti akan dibagikan menggunakan boboko yang terbuat dari bambu nggak boleh pakai plastiknya lagi,” ujarnya.
Ia berharap gerakan ini dapat membantu warga yang kurang mampu di Purwakarta dan menjadi pendidikan karakter yang menanamkan nilai gotong royong dan nilai kepedulian sosial kepada anak-anak kita. (Jainul Abidin/Diskominfo Purwakarta)