Redaksi

Bupati Purwakarta Berhasil Pulangkan Warganya Yang 13 Tahun Hilang

Orang nomor satu di Purwakarta itu memberikan apresiasi tinggi kepada Dinsos P3A, Kepolisian Resor Purwakarta, Camat Cibatu, dan Kepala Desa Cikadu, yang telah bekera keras dalam proses pemulangan Mulyati.

“Koordinasi mereka luar biasa. Mereka bekerja keras agar Mulyati bisa pulang ke Purwakarta. Saya sangat mengapresiasi kerja keras mereka,” kata Bupati Anne.

Pemeriksaan Kesehatan

Untuk memastikan kondisi Mulyati dalam keadaan sehat, Bupati Anne memerintahkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Purwakarta untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh, baik kondisi kesehatan psikis maupun fisiknya.

“Saya ingin memastikan Mulyati bisa pulang ke kampung halamannya dalam kondisi sehat. Untuk itu saya minta  jajaran Dinkes untuk memeriksa kondsi kesehatannya secara menyeluruh. Saya juga minta agar Mulyati terus didampingi hingga pulang,” kata Bupati Anne.

Sementara Itu, Camat Cibatu Muhammad Kosim mengatakan, kepulangan Mulyati dari Kalimantan Barat dengan menumpang kapal laut PELNI menuju Pelabuhan Tanjung Mas Semarang, Jawa Tengah, Dari Semarang dilanjutkan naik bus arah Jakarta yang melintasi jalur Purwakarta.

“Pemulangan Mulyati dari Kalimantan dibantu oleh Dinas Sosial Kalbar. Kita terus berkoordinasi hingga kita bisa memastikan waktu penjemputan di Purwakarta pada Rabu kemarin. Selama proses pemulangan, kita dibantu penuh oleh jajaran Kepolisian Sektor Cibatu, Polres Purwakarta dan Dinsos P3A. Koordinasinya berlangsung sangat baik,” kata Muhammad Kosim.

Kosim juga menjelaskan, hingga saat ini kondisi Mulyati masih terlihat belum pulih sempurna. Dia masih terlihat syok dan trauma bila mengenang masa-masa pengalaman buruknya selama 13 tahun di tanah sebrang. Mulyati juga masih terlihat kelelahan dampak dari perjalanannya yang sangat jauh dan memakan waktu lama..

“Sampai sekarang, kondisi Mulyati masih terlihat trauma. Kita juga belum bisa mengetahui mengapa dia bisa sampai ke Kalimantan Barat. Dia belum bisa dimintai keterangan Dia masih sulit berkomunikasi. Jika dia melihat orang yang tidak dia kenal, dia suka menangis dan terlihat ketakutan,” kata Kosim.

Menurut Kosim,  Mulyati meninggalkan Purwakarta pada tahun 2010 untuk bekerja sebagai pekerja migran di Malaysia. Setelah itu, kabar Mulyati tidak pernah terdengar lagi.

“Dari penjelasannya yang singkat, selama bekerja Mulyati tidak pernah mendapatkan gaji. Dia juga sering mendapatkan tindak kekerasan dan  perlakuan tidak manusiawi. Kami menduga, Mulyati menjadi korban human trafficking (perdagangan orang).” kata Muhammad Kosim. (Diskominfo Purwakarta)

Exit mobile version