Pilkades Serentak Purwakarta Yang Punya Rasa Nano Nano, Masihkah Ada Kehidupan Demokrasi?

Jainul Abidin
jainul abidin

Dari kuliner misalnya, Sate Maranggi sudah pernah “menjajah” benua Eropa dan Amerika. Kemudian dari wisata, Purwakarta punya Air Mancur – konon – termegah se Asia Pasifik.

Kembali ke soal pilkades serentak, istri wakil bupati H. Aming yang mencalon diri jadi Calkades adalah Hj. Entin Suhartini nyalon di Desa Tajursindang Kecamatan Sukatani.

Istri ketua DPRD, H. Ahmad Sanusi alias H. Amor yang maju lagi di periode kedua adalah Hj.Rusmiati sebagai calon incumbent di Desa Cikumpay Kecamatan Campaka.

Anak Lawan Bapak

Indri Suminar yang baru berusia 25 tahun akan berhadapan di Pilkades Desa Babakan Cikao, Kecamatan Babakan Cikao melawan bapak kandungnya, Minar Suminar (59 tahun). Alasan sang anak mencalonkan jadi kades karena diminta sang bapak. Sebab, kabarnya penduduk setempat tak ada yang mau daftar jadi Calkades.

Istri Vs Suami

Ada pula pasangan suamu istri yang maju di Pilkdes serentak Purwakarta yaitu di Desa Cirangkong, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Purwakarta.  Sang istri Yuyun Yunengsih akan jadi sparing partner dengan sang suaminya yakni Mahrup. Alasan sang istri dicalonkan sang suami sama karena tidak ada penduduk di desa itu yang mau nyalon kades.

“Siapa pun yang kalah, kemenangan tetap pada keluarga dan itu harus dipandang positif,”kata Mahrup sang suami kepada wartawan.

Pertanyaannya, apakah benar sudah tidak ada calon lain selain dari kalangan keluarga mereka, atau tanda-tanda kematian demokrasi?

“Secara logika dan perundang-perundangan sah sah saja karena merupakan hak setiap warga negara untuk memilih dan dipilih. Namun secara etika memperlihatkan fenomena luar biasa, bahwa Patologi telah menjangkitkan wabah. Syahwat kekuasaan adalah penyakitnya,”komentar seorang politisi yang pernah jadi anggota DPRD Purwakarta, Agus M Yasin.

Penulis adalah wartawan