Perpusda Purwakarta Jadi Contoh Perpustakaan Nasional dalam Meningkatkan Kemampuan Masyarakat

TrendPurwakarta.com – Pemerintah Kabupaten Purwakarta patut berbangga hati, mengingat Bidang Layanan Perpustakaan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disipusda) Kabupaten Purwakarta terpilih sebagai salah satu dari 9 kabupaten se-Indonesia yang menjadi percontohan dalam Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI.

Hal itu berawal dari Lima Program Perpustakaan Unggulan (Lipperpul) yang sudah lama digagas oleh Kepala Disipusda Purwakarta Mohamad Ramdhan.

Menurutnya, perpustakaan diharapkan bisa memberikan kontribusi optimal kepada masyarakat, apalagi saat ini tengah menghadapi pandemi Covid-19. Upaya transformasi perpustakaan, bukan hal yang mustahil dalam membantu meningkatkan kemampuan masyarakat, sehingga dapat mengubah kualitas hidupnya menjadi lebih baik.

“Sebetulnya liperpul ini sudah lama adanya, yaitu getuk lindri (gerakan untuk literasi mandiri), maranggi (maca rame-rame ngangge digital), simping (sumber informasi melalui pelayanan perpustakaan keliling), pala manggu (pelayanan hari Minggu) dan ngala manggu (ngabuka layanan sabtu jeung minggu). Getuk lindri inilah yang menjadi cikal bakal berkembangnya potensi masyarakat, kegiatan layanan pembinaan dan bantuan untuk pendirian/pembuatan sudut baca atau perpustakaan, baik di instansi pemerintah maupun swasta, lembaga pendidikan, desa/kelurahan, rumah ibadah, TBM, lapas, tempat pelayanan publik maupun komunitas,” Ucapnya saat ditemui di Kantor Perpustakaan Disipusda Purwakarta. Jumat (23/10/2020).

Untuk itu, peran perpustakaan harus ditingkatkan sebagai wahana pembelajaran bersama, untuk mengembangkan potensi masyarakat. Selain menyediakan sumber-sumber bacaan untuk menggali informasi dan pengetahuan, perpustakaan juga memfasilitasi masyarakat dengan berbagai kegiatan pelatihan dan keterampilan, yang bertujuan untuk pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat.

“Awalnya saat berkeliling ke tiap-tiap desa untuk melakukan MOu Pojok Baca, ada seseorang  yang membaca buku kemudian ia mengembangkan potensinya, diawal dia membuat produk herbal lalu dijual, kemudian mengelola limbah hasil dari membaca buku yang diikuti dengan membuat pojok baca di desanya. Nah yang terakhir itu membuat produk rajutannya setelah ia belajar dari membaca buku, lalu menjualnya melalui online,” ujarnya.

Pria yang akrab disapa Abah Dadan ini bercerita, program inklusi sosial di Perpusda Purwakarta membuka kursus pelatihan merajut, berawal dari ide pengunjung perpustakaan yang sukses mengembangkan potensi rajutannya hingga laku di pasar online.